Anak Mandiri = Orang Tua Kejam?

     Apakah melatih anak untuk bisa mandiri adalah sikap yang kejam? Ketika dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tersebut, apakah jawaban Emak? Terkadang dengan dalih sayang, Emak lalu mencukupi segala kebutuhan si kecil sampai ke hal terkecil. Mengambilkan mainan, mengerjakan PR, menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawa esok hari, atau menggantikan tugas-tugas yang sebenarnya menjadi tanggungjawab anak. Betulkah sikap seperti itu Mak?


     Mari kita merenung sejenak Mak! Emak sebenarnya tahu kan, tidak akan selamanya dapat mendampingi anak-anak? Tidak ada yang tahu tentang umur. Yang jelas, tantangan di masa depan akan semakin berat. Jika anak terbiasa dicukupi, diberi hasil saja tanpa tahu proses, bagaimanakah kehidupannya nanti?


     Emak hendaknya bijak menyikapi hal ini. Kasih sayang tidak harus diwujudkan dengan memanjakan anak dengan berlebihan. Jika Emak selalu berbuat sesuatu agar mereka jangan sampai terjatuh, sakit, atau menderita, berpikir jauhlah ke depan Mak! Kehidupan anak akan menjadi sulit nantinya. Hal tersebut harus Emak pikirkan sedari sekarang.


     Berbuat konkrit agar bisa melatih anak untuk mandiri memang tidak mudah Mak, namun bukan hal yang mustahil kok Mak! Untuk latihan awal, cobalah Emak praktekkan hal sebagai berikut:
1. Berikan anak tanggungjawab dari hal yang terkecil.
Misal untuk menaruh barang milik si kecil di tempatnya. Contoh: menaruh sandal di rak, menaruh baju kotor di ember cucian, atau menaruh piring di tempat cuci piring jika selesai makan.
2. Beri anak kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
Biasanya Emak sangat tidak tega pada tahap ini, maka Emak yang dengan rela hati menyelesaikannya. Namun, hal seperti ini tidak bagus untuk anak Mak. Tergantung dengan Emak, apalagi dalam mencari solusi atas masalah, akan menuai masalah baru untuk dirinya, maupun untuk Emak nantinya.
3. Ajar si kecil agar dapat mengenal kemampuan diri sendiri.
Jangan sampai anak merasa tidak mampu dan rendah diri  karena Emak selalu berusaha menjadi pahlawan untuk mereka. Padahal mereka perlu menjadi pahlawan bagi diri mereka sendiri lho Mak!
4. Biasakan si kecil agar mampu berpikir positip atas segala hal yang menimpa mereka.
Pikiran positip membuat mereka dapat melihat celah dan peluang, meski dalam keadaan yang tidak menyenangkan, atau terjepit.
5. Dorong anak agar mempunyai wawasan yang menyeluruh, tidak hanya terfokus pada satu hal saja.
Misal jika terjadi masalah, dorong mereka berpikir solusi yang mungkin dilakukan, tidak hanya terpaku pada masalah itu saja.


     Jika si kecil tidak konsekuen pada awal-awal Emak melatihnya, jangan gantikan posisinya untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya itu, ya Mak! Biarkan anak menyadari bahwa untuk sesuatu yang bersangkutan dengan dirinya, berarti hanya dia yang bertanggungjawab tentang hal itu, bukan orang lain. Ketika segala sesuatunya berjalan tidak semestinya dan kacau, bisa jadi bahan pembelajaran untuk si kecil juga lho Mak! Jadi, bersabarlah sementara kekacauan itu berlangsung! Selamat mencoba Mak!

Foto: Dok. Pribadi  

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cernak "Sahabat Baru Nayla" karya Utami Nilasari

Koleksi Nara: Enjoy Adalah Kunci

Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" karya Utami Nilasari