Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" karya Utami Nilasari

Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" Karya Utami Nilasari
Judul Buku: Dunia Merah Jambu
Penulis: Ayas Ayuningtias, dkk
Jumlah halaman: 361 halaman (termasuk biodata 44 penulis)
Penerbit: Wonderland Publisher
Dicetak oleh: RinMedia, Cirebon
ISBN: 978-602-5684-85-2


Cerita pendek yang diusung mbak Utami Nilasari berjudul "Buku Diary Biru" ini sangat khas remaja. Masa remaja yang identik dengan pencarian jati diri, sukses dimunculkan oleh mbak Utami. Perasaan berkecamuk dirasakan oleh tokoh utama yang bernama Putri Adriani Kusumah, saat mendengar celetukan murid-murid lain disekolahnya, membuat ia sangat terpukul. Apalagi saat itu adalah pertama kalinya Putri bersekolah di sekolah baru di jenjang SMA.


Ketika bersama kakak perempuannya yang bernama Indah Btari Kusumah, ia memang sering merasa rendah diri. Pasalnya Putri yang berwajah biasa saja dengan mata kecil, kulit sawo matang, perawakan agak gemuk, tidak terlalu tinggi, dan jenis rambut keriting, merasa jauh berbeda dengan kakak perempuannya. Mbak Indah berwajah cantik, mempunyai mata bulat, kulit kuning, badan langsing, tinggi semampai, juga rambut lurus panjang yang seperti mayang terurai. Perbedaan fisik itulah yang membuat Putri minder dan merasa tidak beruntung dalam hidupnya.


Sampai kejadian Putri pingsan di lapangan sekolah, waktu upacara sekaligus pembagian kelas, menjadi puncak konflik. Protes Putri ketika sudah siuman dan diantar pulang oleh mbak Indah (kakak Putri), Rina (sahabat Putri waktu SD yang sekarang satu sekolah lagi saat SMA), mbak Sari dan mas Dito (teman-teman mbak Indah yang otomatis menjadi kakak kelasnya di sekolah) pada mamanya, berujung pada keputusannya untuk pindah sekolah. Namun mama Putri tidak langsung mengabulkan permintaan Putri untuk pindah sekolah, karena sebelumnya sudah mengetahui alasan Putri pingsan dari anak sulungnya.


Dari sinilah saya tidak menyangka mbak Utami dapat menyajikan penyelesaian konflik dengan sebuah media, yaitu buku diary biru milik Indah. Didalam buku diary itulah, segala perasaan iri Putri terhadap mbak Indah menjadi luntur. Karena ternyata mbak Indah yang lebih segalanya menurut Putri, nyatanya tidak selalu bahagia. Mbak Indah juga merasakan sakitnya dijadikan bahan taruhan oleh cowok-cowok karena kecantikannya. Lalu ada juga yang kesal karena mengira mbak Indah adalah gadis sombong. Dan yang lebih mengejutkan lagi, mbak Indah juga iri dengan Putri.


Dari titik inilah Putri menyadari, bahwa anggapannya berkaitan dengan mbak Indah (yang pasti bahagia dengan kesemua kelebihannya) berganti. Perasaan minder, kurang percaya diri, iri, dan lain-lain, menjadi hilang. Apalagi saat mbak Indah menuliskan perasaan irinya pada Putri yang begitu manis, baik hati, hidup tenang dan bahagia karena tidak menjadi bahan taruhan para cowok.


Saya rasa, mama Putri juga menjadi tokoh penting dalam cerita ini. Sikap mama Putri memang tidak kentara tersurat. Namun bayangan mama yang bijaksana, dapat menjadi sahabat bagi kedua putrinya, dan tidak menanggapi masalah dengan berlebihan, ada dalam pikiran saya. Mama Putri memang seolah menjadi perantara bagi kedua putrinya, sehingga konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik. Buku diary biru milik Indah (putri sulungnya) yang dititipkan untuk diserahkan ke Putri (putri bungsunya) untuk dibaca, mengurai masalah demi masalah yang terjadi.


Endingnya, ditutup dengan kutipan paragraf yang diambil dari buku diary biru Indah. Sebuah paragraf yang tidak terlalu panjang, namun menjadi kunci. Ternyata mas Dito, teman sekolah mbak Indah, yang juga sepupu Rina yang baru pindah sekolah malah menyukai Putri. Padahal Indah mengira Dito menyukainya. Saat mengetahui bocoran perasaan Dito dari Sari, Indah merasa beruntung tahu lebih awal. Sehingga tidak berharap lebih pada Dito dan tidak terlalu sakit hati nantinya. Putri yang membaca kutipan tulisan mbak Indah pun menjadi lebih percaya diri, semangat, tidak ingin pindah sekolah, dan yang terakhir menjadi tersipu malu karena mengetahui kenyataan bahwa mas Dito menyukainya.


Saya kira karakter tokoh-tokoh yang dibuat mbak Utami sudah kuat. Dibantu dengan penyebutan karakter tokoh saat bercerita, memudahkan pembaca mengenal tokoh lebih jauh. Gaya berceritanya mengalir, runtut, tidak membingungkan, dan tidak melompat-lompat. Dalam halaman 292-297 tersebut, mbak Utami sukses menyuguhkan beberapa pesan moral bagi pembaca, diantaranya: prasangka negatif sebaiknya tidak ditumbuhkan jika belum mengetahui kebenarannya, mau menerima kekurangan dan kelebihan diri, dan optimis dalam menjalani hari esok.


Nah, untuk kekurangannya saya rasa tidak banyak. Namun, menurut pendapat saya: jika mbak Utami Nilasari dapat lebih mempertajam karakter tokoh dengan kata-kata yang tersirat, akan lebih memunculkan keingin-tahuan pembaca. Lebih jauh, pembaca juga dapat mengembangkan daya imajinasi mereka atas kata-kata yang tidak disebutkan jelas. Jadi pembaca seolah juga diajak membersamai penulis dalam menilai karakter tokoh yang sudah dibuat. Meskipun vonis akhir tetap ada ditangan penulis.


Secara garis besar saya beranggapan cerpen remaja "Buku Diary Biru" ini patut dibaca, tidak hanya oleh remaja, namun orang tua. Banyak hal yang bisa kita ambil dari cerita ini, agar orang tua dapat terus belajar dalam membersamai anak. Apalagi ketika si kecil sudah beranjak remaja. Selalu terbuka dengan perubahan, mau menjadi sahabat anak, dan selalu berusaha menjadi orang tua terbaik semampu kita. Semoga jerih payah kita membuahkan hasil nantinya, akhir kata, selamat berproses bersama anak kita!


Komentar

  1. Waaah keren revurwnya mbak septarini. Terimakasih ya sudah membaca buku saya😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang keren itu yang nulis mbak, ternyata dengan space yang ga banyak, bisa memunculkan pesan moral yang buanyak. Saya harus banyak belajar nih mbak!

      Hapus
  2. Whuaa keren iiih... Aku belum baca bukunya mba Utami...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Dwi, saya juga terkagum-kagum bacanya. Padahal kan teenlit, kok bisa gitu membuka mata saya, ternyata ga cuma cinta monyet gitu. Keren deh pokoknya mbak. Apalagi ada 44 penulis, warna-warni deh ceritanya!

      Hapus
  3. Jadi penasaran dengan bukunya mbak Utami. Sepertinya bagus untuk putri bungsuku yang sekarang sudah memasuki masa remaja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi referensi mbak Marda... Antologi yang cocok dibaca orangtua dan remaja. Ceritanya sarat pesan moral yang bagus.

      Hapus
  4. Aku belum baca yg ini. Sepertinya menarik sekali bukunya 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tadinya menghakimi, teenlit pasti ceritanya begitu-begitu doang, ternyata ga lho mbak! Bisa memutar balikkan anggapan kita selama ini.

      Hapus
  5. Wuhuuu... mba Utami diam-diam menghanyutkan euyyy... Baca teenlit jadi berasa abegeh lagi ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Utami memang diam di teenlit, cernak, dll mbak bety. Baru sekarang keluar ke artikel, blog, dll. Sebenarnya antologinya sudah banyak.

      Hapus
  6. Kereeen mbak utami sudah lahir aja buku solonya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak utami memang keren mbak! Ini antologi yang kedua. Antologinya banyak lho, hihihi.

      Hapus
  7. Review ini sukses membuat penasaran saya akan cerpen karya Mbak Utami Nilasari. Sibling rivalry merupakan ide tema yang tak berkesudahan untuk disajikan. Keren pasti! Sekeren review ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mbak Dian bisa aja... Ini baru pertama nyoba mereview cerpen mbak saya. Tadinya maju mundur cantik, takut-takut gimana gitu. Yang keren emang penulis-penulisnya mbak Dian. Saya banyak belajar. Kalau begitu besok-besok saya belajar mereview cerpen lagi ahhh... Hihihi.

      Hapus
  8. wah, buku ini sering berseliweran di fb ku mba... keren ih! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini mbak, tadinya cuma lihat sering nongol di FB juga. Ehhh lha kok terus bisa mampir ke saya. Ternyata keren isinya mbak. Tadinya saya tuh berpikiran pasti begini, ehhh ternyata beda banget. Patut dipinang mbak ini!

      Hapus
  9. Aku belum baca buku ini...kapan ya ada kesempatan baca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari mbak Rina, kapan ada waktu, bisa baca, bagus lho! Saya ga bohong, hihihi. Soalnya saya merasakan sendiri. Lah pikiran saya sudah menghakimi pasti cuma ini yang diangkat, tapi ternyata ga tuh. Buanyak sekali yang bisa kita petik dari cerita tersebut.

      Hapus
  10. Swah Mbak Utami mainannya fiksi juga. Top, dah. Btw reviewnya juga cakep. Sukak banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak utami lebih banyak di fiksi dan antologi mbak Damar. Baru-baru ini lgi mulai artikel, ngeblog dll, padahal sebenarnya antologi dah banyak. Terimakasih mbak, kalau begitu saya jadi semangat reviewnya. Hihihi

      Hapus
  11. Yaaah maak... Reviewnya spoiler deh tapi sukaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, mbak Eni, saya belajar dari mbak eni lho! Gara-gara mbak eni sering review film, gitu-gitu, saya pengen nyoba jadinya. Terimakasih mbak, besok saya belajar review lagi deh, semakin seneng disini.

      Hapus
  12. Jadi pengen beli bukunya ��

    BalasHapus
  13. Salam kenal! Mari... Buku ini layak untuk dibaca terutama oleh remaja, atau orang tua. Banyak pesan moral yang bisa diambil. Semoga bermanfaat!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cernak "Sahabat Baru Nayla" karya Utami Nilasari

Koleksi Nara: Enjoy Adalah Kunci