Kala Kita Tua Nanti

Usia saya tiga puluh dua di tahun ini. Usia yang bisa disebut cukup matang untuk seorang perempuan. Saya masih mempunyai orang tua yang lengkap, mertua lengkap, ditambah satu nenek (ibunya bapak) dan satu nenek (ibunya ibu). Rasanya beruntung, ketika banyak orang tidak sampai mengenal nenek dan atau kakek sampai di usia seperti saya (termasuk suami saya). Nah, nenek saya yang ibunya bapak, sudah beberapa bulan ini tinggal di rumah orangtua saya. Nenek dalam kondisi sakit, jadi tidak bisa bangun atau duduk sendiri, apalagi berjalan. Mengingat kerepotan orangtua saya ketika harus bolak-balik ke rumah nenek, maka diputuskan nenek yang dibawa ke rumah. Om, adiknya bapak yang tinggal serumah dengan nenek masih sehat. Namun karena Om tidak punya istri, dan masih mengurus sawah, maka kami kompak membawa nenek agar Om tetap dapat bekerja seperti biasa.


Oh iya, ibu saya adalah seorang asisten perawat dulu. Setelah 37 tahun mengabdi, sekarang sudah purna tugas dari pekerjaan sebagai asisten perawat. Ibu resmi purna tugas sekitar setahunan yang lalu. Maka dari itu, pertimbangan merawat nenek jatuh pada bapak dan ibu (setidaknya ibu punya pengalaman lebih di bidang kesehatan). Bapak sekarang membantu ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena mengurus 1 nenek yang sakit (tidak bisa duduk atau berjalan) dan 1 nenek (ibunya ibu) yang juga berusia 80 tahunan sudah menyita banyak waktu dan energi.
                      Pixabay.com

Babak baru dengan nenek di rumah menjadikan cerita harian bapak dan ibu makin berwarna. Nenek dari bapak berusia hampir 100 tahun. Kami menghitung dari usia kira-kira anak pertama nenek (budhe saya) yang sudah berumur 5 tahunan ketika Indonesia merdeka. Taruhlah budhe pertama lahir sekitar tahun 1940, berarti usianya sekitar 78 tahun. Nah, karena jaman dulu usia orang menikah masih belasan tahun maka kami memperkirakan nenek menikah usia 15 tahun (bisa saja lebih muda dari 15, karena nenek pernah bercerita kepada saya kalau waktu menikah nenek belum mengalami menstruasi). Kondisi yang belum menstruasi waktu menikah, menjadikan asumsi kami nenek mempunyai anak pertama agak lama, tidak langsung seperti kalau pihak perempuan sudah matang secara reproduksi. Jadi jika dikira-kira nenek berumur sekitar 93 tahun (bisa lebih tua dari 93 tahun).
                 fokusjateng.com

Di usia nenek yang hampir 100 tahun, komunikasinya masih bagus. Ingatannya masih terbilang baik, meski kadang lupa dan kebingungan dalam kondisi-kondisi tertentu. Kesehatannya juga termasuk prima. Penyakitnya hanya vertigo dan kondisi badan yang memang sudah tua. Nenek saya seumur hidupnya bekerja sebagai pengrajin "kepang". Di dusun tempat nenek tinggal (tempat kelahiran bapak) memang terkenal sebagai daerah penghasil kepang. Hampir 90% penduduknya membuat kepang di sela-sela pekerjaan lainnya. Ada yang full seperti nenek saya, ada juga yang mengerjakan kepang di waktu-waktu tidak mengerjakan pekerjaan lainnya. Misalnya setelah dari sawah, mereka "anam" atau menganyam kepang. Mungkin karena setiap hari menganyam itulah nenek dapat berumur panjang. Saya pernah membaca sebuah buku yang mengungkapkan bahwa rahasia umur panjang (berdasarkan penelitian) karena orang tersebut banyak menggunakan tangannya untuk bekerja. Disamping di dukung dari pola makan, istirahat, dan sebagainya.


Dari kehidupan nenek, saya banyak belajar. Kehidupan nenek sewaktu kecil sering beliau ceritakan kepada saya. Bukan kehidupan yang mudah seperti kehidupan anak jaman sekarang. Serba kekurangan, meski hanya untuk makan. Jaman dulu sangat jarang ada orang yang bisa makan nasi. Belum soal baju. Nenek pernah mengatakan pernah memakai bahan "goni" atau semacam bahan yang biasa untuk membuat karung. Yang katanya sering ada kutu-nya. Sangat gatal jika sampai digigit kutu yang dalam bahasa lokal kami disebut "tinggi" tersebut.
                   shopback.co.id

Dari kecil sampai sekarang kehidupan nenek kurang lebih sama, sangat sederhana. Penghidupan dari anam kepang memang tidak membuat nenek berlebih. Tidak menentu, karena harga jual kepang tergantung kepada "juragan". Jika dihitung pemasukan sehari paling 5-10 ribu. Apa yang dapat Anda beli dengan uang sebesar 5-10 ribu? Sepertinya hanya cukup untuk membeli minum saja ya? Tetapi begitulah nenek, dari uang ribuan yang tidak seberapa tersebut beliau hidup. Karena di Jogja, masih bisa membeli tempe dan tahu seharga seribu atau 2 ribu saja. Yang lain untuk sayur dan jajan. Dulu, suami dan anak sering saya ajak menginap di tempat nenek ketika beliau masih sehat. Saya ingin mereka merasakan bagaimana kesederhanaan di tempat nenek. Bagaimana tidur tidak memakai kasur. Ada dipan atau tempat tidur, tetapi hanya beralas tikar dari daun " mendhong". Terkadang karena sempit, saya memilih tidur di bawah. Rumah nenek lantainya masih tanah, jadi saya menggelar kepang, di atasnya saya rangkap dengan tikar dari mendhong. Lebih hangat daripada ketika lantainya ubin atau keramik. Suami dan anak saya bisa menikmati meski segala hal yang ada, tidak seperti yang biasa kami rasakan di rumah. Dari nenek lah kami belajar: segala rejeki harus selalu disyukuri (apa dan berapa pun itu).
         

Nah, kembali soal perawatan nenek. Saat saya pulang ke rumah orangtua, ibu bisa pergi ke luar rumah. Karena saya yang menggantikan mengurus nenek. Beruntung, sedari kecil saya sudah sering melihat ibu bekerja. Baik di rumah sakit maupun ketika ibu mendapat pekerjaan sampingan di luar tugasnya di rumah sakit. Mengurus bayi, atau mengurus orang yang sudah lanjut usia. Maka, mulai dari menyiapkan makan atau menyuapi nenek, sampai memandikan pun saya terbiasa. Ketika mengurus nenek, sering saya mengajak anak mendekat. Membiasakan agar si kecil mengetahui bagaimana simbah buyutnya saat dimandikan, makan, atau tidur. Saya rasa interaksi antara nenek dengan buyutnya juga dapat membuat keduanya belajar dan bahagia.
         divarlrs14.blogspot.com

Ada beberapa hal yang dapat saya petik dari pengalaman mengurus orang lanjut usia (saya berkesempatan mengurus 1 kakek, dan 2 nenek), yaitu:

1. Cerita orang lanjut usia tentang kehidupan mereka dulu (masa muda, bagaimana mereka makan minum dan bekerja) dapat membuat kita belajar.

Tidak selamanya cerita jaman dahulu merupakan hal yang "basi". Tetap saja banyak sekali keutamaan-keutamaan yang bisa kita ambil hikmahnya. Lewat cerita, hubungan antara orang lanjut usia dan kita dapat lebih dekat. Terkadang, ada hal-hal yang hanya mereka ceritakan saat sudah sakit atau merasa sudah tidak berumur panjang lagi.


2. Jangan kaget dengan perubahan kebiasaan orang lanjut usia.

Tidak selamanya orang yang pada masa mudanya bijaksana, ketika tuanya juga bersikap sama. Ada kalanya kita seperti menemukan pribadi dan kebiasaan lain, saat mereka sakit dan sudah lanjut usia. Jangan kaget juga ketika menemukan hal-hal yang sangat berbeda dari keseharian mereka sebelumnya.


3. Jika mungkin, ajak seluruh keluarga bekerja-sama mengurus mereka.

Pekerjaan mengurus orang yang lanjut usia adalah tanggung-jawab bersama seluruh keluarga. Maka, ajaklah keluarga untuk berunding tentang hal tersebut. Mulai dari: siapa yang akan merawat dan memandikan, atau hal-hal seperti teknis seperti pengadaan diapers, makanan, vitamin, bahkan obat. Merawat orang lanjut usia adalah pekerjaan yang tidak diketahui kapan berakhirnya, maka alangkah baiknya semua hal dibicarakan secara detail.


4. Siapkan mental karena semua hal bisa terjadi.

Hal penting lainnya adalah kesiapan mental orang yang merawat. Segala hal dapat terjadi tanpa kita duga, seperti: penolakan orang lanjut usia dengan sakit atau ke-tua-annya. Penolakan tersebut membuat mereka sering marah-marah tanpa alasan, menggerutu, atau malah menyalahkan Tuhan. Maka, persiapkanlah sebelum merawat lansia.


5. Jangan lupa tetap bahagia bersama mereka.

Meski ada saatnya ketika orang lanjut usia berubah menjengkelkan, pasti ada saat dimana mereka membuat kita tertawa. Berbahagialah bersama mereka, agar kita tetap "waras" menjalani rutinitas selanjutnya.
                   kriminologi.id

Nah, ke-tua-an mungkin tidak bisa kita hindari. Namun semua dapat dipersiapkan dan dipelajari mulai dari saat ini. Karena tua, tidak akan menunggu kita siap. Mari menyiapkan hati untuk ke-tua-an orangtua, mertua, atau kita sendiri.

Komentar

  1. Orang dulu itu memang berumur panjang tp dlm kondisi sehat & saya mulai memasuki dunia tersebut. Pelan & pasti akan sampai waktu untuk menghadap Sang Khalik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... Semua juga akan mengalaminya. Semoga saya juga bisa merasakan umur 80an nanti... Semoga kita juga bisa menjaga kesehatan dengan baik mbak.

      Hapus
  2. orang jaman dulu mayoritas hidup sederhana tetapi selalu mensyukuri hidup....semoga kita selalu ingat untuk terus bersyukur...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin mbak... Semoga bisa selalu mensyukuri apa dan berapapun yang kita terima mbak...

      Hapus
  3. Benar masa itu akan tiba dan siapapun tidak bisa menghindarinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... Semoga kita bisa mempersiapkan masa itu ya mbak...

      Hapus
  4. Balasan
    1. Hai mbak...
      Terimakasih, bisa aja mbak...
      Saya mah pemula mbak...
      Tetapi ingin belajar terus biar kaya njenengan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cernak "Sahabat Baru Nayla" karya Utami Nilasari

Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" karya Utami Nilasari

Koleksi Nara: Enjoy Adalah Kunci