"Me Time" Berkualitas Saat di Kampung Halaman

Sudah beberapa hari ini saya berada di kampung halaman di Godean, Kabupaten Sleman. Ketika di kampung halaman inilah, saya dapat merasakan liburan yang sebenarnya. Melakukan "me time" ala saya, terasa menyenangkan di sini (Bukan berarti di rumah tempat saya tinggal tidak menyenangkan lho ya!). Yang saya maksud adalah karena orang tua banyak di rumah, anak saya dapat diasuh bergantian. Jadi saya bisa sejenak melakukan "me time". Me time yang sederhana seperti tidur siang, membaca buku atau novel, melihat senja di depan rumah tanpa gangguan, ataupun membuat keset dari perca kaos, sudah dapat mendongkrak mood saya.


Sore ini, saya berkesempatan duduk di teras depan, sambil memandangi sekeliling. Ketika duduk tersebut banyak sekali yang saya pikirkan. Pikiran saya sering berkelana. Tentang keluarga saya, masa kecil saya, atau malah tentang impian yang belum tercapai. Terkadang kegiatan duduk-duduk tersebut mengingatkan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang dapat saya lihat dan amati. Setelah itu, saya merasakan betapa baiknya Tuhan. Karena Dia memberi kehidupan, kesehatan, keselamatan, rejeki, dan lain-lain untuk saya. Sampai menyebutkan satu per satu saja, saya belum tentu bisa. Terkadang ide-ide menulis dan bisnis juga yang muncul. Maka dari itu, saya sering menyempatkan diri mengisi " me time" dengan kegiatan seperti ini.
     Pemandangan selatan rumah

Oh iya, ketika uang gaji suami habis sebelum tanggal gajian berikutnya, saya memanfaatkan waktu di kampung untuk menghasilkan sesuatu. Yang paling sering adalah membuat keset dari perca kaos. Uang gajian suami memang sering habis sebelum waktunya, namun saya masih mempunyai modal berupa perca kaos yang dibeli sebelumnya. Awalnya saya belajar otodidak dari Youtube. Saya coba berkali-kali, sampai akhirnya semakin mahir dan hasilnya layak dijual. Keset yang dipasang di rumah, juga hasil karya saya sendiri. Sudah lama, namun masih awet, karena keset tersebut bisa dicuci.
            Keset perca kaos 50%

Cara pembuatan keset dari perca kaos yang pernah saya coba adalah dengan metode anyam dan dijahit manual dengan tangan. Tingkat kesulitannya memang berbeda. Saya membeli perca kaos sisa produksi kaos sablon dari teman secara kiloan. Jika Anda ingin mencoba, bisa memakai baju-baju yang sudah tidak terpakai dulu. Selain kaos, bahan keset juga dapat diganti dengan bahan kain lain selain kaos. Untuk caranya, Anda bisa menonton tutorial yang banyak tersedia di Youtube. Hanya butuh semangat belajar yang tinggi dan mau berproses agar berhasil.
    Keset perca kaos jahit tangan

Ngomong-ngomong tentang pemanfaatan perca kaos, ini adalah salah satu cara saya untuk memanfaatkan barang bekas yang tidak terpakai. Saya ingin memulai dari diri saya sendiri dan dari rumah. Baju-baju yang tidak terpakai saya gunakan sebagai bahan baku keset anyam, keset jahit tangan, dan kain lampin. Kedepannya, kaos-kaos yang tidak muat atau tidak terpakai, ingin saya rubah menjadi selimut atau barang-barang yang lain seperti sarung bantal dan guling. Saya yakin dengan cara pemanfaatan kembali seperti ini, sampah dapat lebih berdaya guna. Dan tentu saja mengurangi sampah yang biasa kita buang dan tidak dimanfaatkan. Nah, tertarik memanfaatkan waktu "me time" seperti saya? Mari belajar dan berkreasi!

Komentar

  1. Sangat kreatif. Mau dong tutorialnya langsung di sini.

    BalasHapus
  2. Hihihi... Mau tutorialnya mbak? Okelah, besok saya kasih step by step nya ya mbak. Sederhana kok mbak, saya juga pilihnya yang paling simpel, yang untuk pemula. Lah kalau yang pakai mesin jahit, mesinnya ada, tapi saya-nya yang ga bisa. Hihihi. Semoga dapat mengurangi sampah rumah tangga juga mbak. Soalnya saya tadinya juga karena banyak baju dan kaos yang sudah ga muat, ga bisa pakai lagi, jadi mikir dibikin apa biar berguna.
    Terimakasih sudah mampir mbak!

    BalasHapus
  3. Wah bagus sekali mbak karyanya. Btw. Aku seneng kalo ke desaku, di Trenggalek. Tempat asal Bapak Ibuku. Rasanya beneran refresh pikiran. Tapi bukan me time siiih. Karena pasti anak buat belajar sensory play di sawah, sungai dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh berarti lumayan sering ke Trenggalek ya mbak? Saya malah belum punya bayangan Trenggalek kaya gimana, belum pernah kesana. Btw, kapan2 saya cerita tentang kampung suami, tempat saya tinggal deh, pasti belum pada tahu tentang Pegunungan Menoreh. Seperti negeri dongeng, banyak kabut, hujan, dan wisata alam yang "wow".

      Hapus
  4. Mbak kreatif sekali..bagus ya kesetnya. Senangnya bisa berkegiatan produktif sembari pulang kampung..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahhh itu iseng-iseng saja sebenarnya Mbak Dian. Pertamanya cuma mau nglirik usaha yang bahannya melimpah. Hihihi. Yahhh, coba-coba aja lihat tutorial kok kayanya ga terlalu rumit. Ternyata lumayan lah. Jadi keterusan mbak, karena bisa buat cadangan juga kalau lagi kehabisan uang.

      Hapus
  5. kreatif banget sih mba. senang sekali liatnya. saya senang sekali melihat orang yang kreatif, bisa memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai bisa diubah menjadi sesuatu yang dapat dipakai dan berguna :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yahhh, iseng mbak pertamanya. Suka penasaran kalau lihat yang bikin-bikin sesuatu kaya gitu mbak. Pernah juga sih belajar semacam bikin aksesoris dari kawat itu, tapi ga lama sudah bosen. Bosenan saya soalnya. Hehehe

      Hapus
  6. Sungguh kreatif Mbak Septarini.. 😍 kereeen kreatiiiif sambil pulkam tetap berkreasi Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh, mbak Dira. Cuma iseng-iseng mbak! Suka bikin-bikin sesuatu yang saya belum bisa aja. Hihihi. Lumayan mbak, buat tambah jajan anak.

      Hapus
  7. Waah kreatif banget mbak, aku dulu waktu SMA pernah jualan keset juga lumayan yaa buat tambahan jajan dan ya sekaligus me time

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh pernah jualan keset juga to mbak? Sebenarnya basic saya di masak memasak, tapi suka coba-coba hal baru. Sementara ini libur bikin snack kering karena anak saya belum bisa disambi. Terimakasih sudah mampir ya mbak!

      Hapus
  8. Kreatifnya pake banget ini mah. Selain itu, telaten dan rajin ya mba.. keren pokoknya. Kalo saya belom pernah coba bikin keset seperti ini. Paling banter manfaatin kaleng bekas, atau bikin rajutan sama kristik pas senggang. Semangat terus berkarya, Mbak Rini!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahhh mbak Bety terlalu berlebihan mujinya. Suka belajar hal baru aja mbak. Kalau rajut, jahit mesin saya nol. Hihihi. Kristik hanya dulu pas sekolah. Tuh mbak Bety juga kreatif, manfaatkan kaleng juga. Btw, saya kalau ga masak, ya bikin-bikin kaya gini mbak. Untuk bikin peyek, kripik, bakso goreng, kue bawang, dll baru stop karena anak belum bisa disambi. Sukses terus untuk mbak Bety juga!

      Hapus
  9. Semangat....siap2 jadi bloggerpreneur / netpreneur mbak. Belajar terus....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Ahhh... Pak Heru bisa aja. Apalah saya dibanding Pak Heru. Tetapi saya Amin-i doanya. Semoga apapun itu, membuat saya naik kelas. Terimakasih sudah mampir Pak, sukses untuk Bapak juga!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cernak "Sahabat Baru Nayla" karya Utami Nilasari

Koleksi Nara: Enjoy Adalah Kunci

Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" karya Utami Nilasari