Dengan Apa Anda Bersyukur?

Hai...apa kabar? Ketemu lagi di blog saya. Oh iya, ada yang punya kebun sayuran di pekarangan rumah? Atau malah suka menanam sayur-mayur dengan teknik hidroponik? Apapun cara tanamnya, menanam sayuran di lingkungan sekitar rumah memang menyenangkan. Tidak hanya itu, kegiatan bercocok-tanam ini juga sangat bermanfaat untuk kita. Dengan menanam sendiri, anggaran pengeluaran pembelian sayur dapat berkurang. Baca: "irit". Hihihi. Karena menanam sendiri, kita jadi tahu betul bagaimana perlakuan terhadap tanaman tersebut. Mulai dari pembibitan, pemupukan, pengendalian hama, dan lain-lain.


Nah, ketika bisa memanen apa yang kita tanam sebelumnya, apa yang Anda rasakan? Rasanya pasti ada kepuasan tersendiri. Apalagi setelah itu dimasak, dan dinikmati sekeluarga. Atau bersama sahabat dan atau tetangga. " Wow" rasanya tidak terkatakan pokoknya. Dan saya termasuk orang yang beruntung dapat menikmati itu semua. Rumah yang saya tinggali saat ini, merupakan daerah pegunungan. Pegunungan Menoreh namanya. Ketinggiannya sekitar 600mdpl, maka banyak yang bilang seperti "negeri di atas awan".
Suasana depan rumah sebelah kiri


Daerah saya Dusun Jetis, Desa Pagerharjo,  Kecamatan Samigaluh, adalah daerah yang dingin. Lebih dingin dibanding daerah landai. Termasuk daerah asal saya di Godean, Sleman. Sayur-mayur sangat cocok di tanam di sini. Aneka selada, kol, kembang kol, kangkung, bayam, seledri, daun bawang, dan lain-lain bisa tumbuh dengan baik. Kecuali wortel dan brokoli, karena kurang dingin.


Dengan kondisi alam seperti yang disampaikan tadi, maka saya termasuk sangat hemat pengeluaran membeli bahan sayuran. Yang harus membeli hanya bawang putih, bawang merah, garam, gula pasir, minyak. Gula merah dan gula aren kadang beli ditempat tetangga yang biasa membuat sendiri. Minyak goreng juga sebenarnya bisa bikin sendiri, tetapi saya yang belum pernah membuat (ketahuan malasnya ya? Saya belum ada waktu untuk membuat karena memakan waktu lama). Kalau cabai, saya tinggal petik di pekarangan (yang menanam mertua saya).


Oh iya, di pekarangan rumah saya yang sudah tersedia diantaranya: daun singkong, pepaya, daun katuk, bayam, daun bawang, kucai, kemangi, daun kenikir, kangkung dan lain-lain. Untuk bumbu dapur: jahe, kunyit, kencur, daun salam, daun jeruk, daun pandan, dan sebangsa temulawak juga ada. Lengkap ya? Kalau buah-buahan, ada jeruk depan rumah, pepaya, pisang, langsep, alpukat, dan lain-lain.
Depan rumah sebelah kanan, berkabut saat siang


Dan dari semua tanaman buah, sayur, bumbu dapur tadi, mertua saya yang menanam. Paling-paling suami saya yang nambah sayuran di polibag untuk memperbanyak jenis yang belum ada di pekarangan. Seperti cabai keriting, tomat, terung, caisim, dan pok coy. Kebetulan sekarang belum menanam lagi, karena sudah masuk musim kemarau. Takut nanti tidak ada air untuk menyiramnya. Karena pekarangan rumah termasuk cukup luas.
     Pekarangan samping rumah

Selama hampir 4 tahun tinggal di rumah yang saya tinggali bersama mertua, rasanya senang karena apa-apa langsung bisa petik. Untuk ASI booster, saya tidak menemukan kesulitan yang berarti. Karena banyak sekali variasi sayuan di sini. MPASI anak saya juga terbilang sukses, karena persediaan sayur-mayur melimpah. Tidak perlu buang-buang sayuran, karena saya dapat mengambil seberapa yang dibutuhkan. Saya juga senang karena anak saya termasuk senang memakan sayur macam-macam.


Segala yang tersedia di alam, dan dapat saya nikmati, semakin menyadarkan akan kebaikan Tuhan. Membawa saya pada wujud syukur yang "lain". Saya mensyukuri segala rejeki yang diberikan oleh Tuhan. Termasuk syukur dengan tindakan. Yaitu mau memasak yang ditumbuhkan-Nya dan menyantapnya bersama keluarga. Saya akan merasa bersalah jika tidak dapat memanfaatkan atau memasak segala sayur mayur, buah, dan bumbu dapur yang sudah tumbuh melimpah disekitar saya.
      Suasana belakang rumah


Jika ada yang bertanya: "Apakah Anda selalu bersyukur?". Saya akan menjawab: " Ya, saya berusaha untuk bersyukur. Salah satunya dengan mengolah ciptaan-Nya. Hasil bumi ciptaan-Nya yang ada di pekarangan rumah, menjadi wujud syukur saya. Se-sederhana itu.
Nah kalau Anda, apakah jawaban Anda?

Komentar

  1. Ya ampun senangnya, ada pekarangan seluas itu jadi bisa bercocok tanam...Semua tinggal petik saja yaaa..Kalau aku nanam pohon daun jeruk dan daun salam, mangga, jambu. Dulu pernah cabe dan tomat, sekarang belum mulai lagi...hihi #duh ketahuan malasnya. Ini semangat nanam lagi setelah baca ini. Terima kasih sharingnya Mbak:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi saya juga sudah lama ga mainan tanah mbak, suka lupa waktu kalau sudah nyentuh tanah. Tuh mbak Dian sudah rajin. Yang nanam mertua semua itu sekarang. Hihihi, saya kebagian metik aja.

      Hapus
  2. Mbaaa, itu sampe berkabut, dingin banget pasti yaa. Barakallah mba, semua bisa ditanam di sana. Di tempat saya skrh ada cabe, daun pepaya, daun cincau,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, iya lumayan dingin mbak Dwi Arum. Kalau yang belum terbiasa, suka beser. Iya mbak, Puji Tuhan mbak, saya jadi hemat pengeluaran. Wahhh, mbak Dwi aja sudah nanam macem-macem. Saya lagi kumat malesnya. Hihihi

      Hapus
  3. Pastinya udaranya segar dan suasannya tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat segar mbak disini. Tenang, karena kebetulan juga ga dekat jalan raya. Kalau ga orang tersesat, jarang sampai rumah saya.

      Hapus
  4. Waah..seneng sekali bisa punya pekarangan yang luas. Bisa menanam berbagai macam sayuran ya...
    Bisa mengirit pengeluaran dong, ya..hihihi #emakirit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, Puji Tuhan. Misal punya sendiri habis, minta punya tetangga juga masih boleh. Senengnya di kampung ya gitu mbak.

      Hapus
  5. Wahhh saya penasaran sama hidroponik sebenarnya. Tapi nggak tahu dan malas mengerjakannya hahaha... Paling banter nanam cabe pake polibag atau seledri di pot depan rumah. Keren Mba Rini!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kalau pakai hidroponik, berat di ongkos mbak Bety. Disini kan punya kambing sendiri, jadi pupuknya pakai itu. Kalau ga, pakai kencing kelinci. Itu tanaman yang nanam mertua mbak, saya kebagian metik hasilnya. Hihihi. Lagi kumat malesnya.

      Hapus
  6. Enaknya bisa petik sendiri segala sayuran yg diperlukan. Itu bibitnya beli kah mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Eni, hemat pula. Ada kelompok wanita tani ditempat saya mbak, jadi bibit bisa beli di situ. Jadi ya saya juga kadang ikut bikin bibit di demplot. Beli biji sayuran aja, lalu nanti bikin bibitnya mbak. Ada tuh di toko pertanian, bibit sayuran kemasan.

      Hapus
  7. Wah, jadi kangen pulang. Di rumah ibuku kayak gini Mbak. Depan belakang samping semua ada sayuran sama buah. Setiap pulang selalu ada yang di panen, skrg lagi nunggu banget duriannya berbuah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh... Seru ya mbak Damar... Bisa pesta durian nanti berarti? Kalau saya ga punya duit, masih bisa makan mbak... Tinggal petik-petik aja, misal kepepet, bisa minta di tempat tetangga. Hihihi

      Hapus
  8. Setuju sekali Mbak. Jangan lupa untuk bersyukur, maka kau akan bahagia 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos mbak... Terkadang kita lupa bersyukur mbak, padahal itu hal yang sangat penting...

      Hapus
  9. Eah hebat ikh bunfa bisa bikin minyak goreng sendiri. Kalau saya sendiri kurang seneng bercocok tanam. Senengnya itu cma menikmatinya aja heheh. Saya suka ngliat tanaman gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh... Saya kalau lagi kumat malasnya juga ga bikin-bikin kok mbak Yeni... Cuma kalau "pengen" aja. Terima kasih sudah berkunjung mbak Yeni...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cernak "Sahabat Baru Nayla" karya Utami Nilasari

Review Cerpen Teenlit "Buku Diary Biru" karya Utami Nilasari

Koleksi Nara: Enjoy Adalah Kunci